Sabtu, 22 Januari 2011

Aborstus

Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur.
Abortus spontanea

Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:

* Abortus imminens, Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

A. Pengertian Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000) Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat ( Mansjoer, Arif M, 1999) Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama kehamilan ( William Obstetri, 1990) B. Etiologi Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu : 1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah : a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alkohol 2. kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun 3. faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis. 4. kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus. C. Gambaran Klinis 1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu 2. pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat 3. perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi 4. rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus 5. pemeriksaan ginekologi : a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium. c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri. D. Patofisiologi Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus. Komplikasi : 1. Perdarahan, perforasi syok dan infeksi 2. pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah. E. Pathway

F. Pemeriksaan penunjang 1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati 2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup 3. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data laboratorium 1. Tes urine 2. hemoglobin dan hematokrit 3. menghitung trombosit 4. kultur darah dan urine G. Masalah keperawatan 1. Kecemasan 2. intoleransi aktifitas 3. gangguan rasa nyaman dan nyeri 4. defisit volume cairan H. Diagnosa keperawatan 1. Cemas berhubungan dengan pengeluaran konsepsi 2. nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus 3. resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan 4. kehilangan berhubungan dengan pengeluaran hasil konsepsi 5. intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri I. Tujuan DX I : Mengurangii atau menghilangkan kecemasan DX II : Mengurangi atau menghilangkan rasa sakit DX III : Mencegah terjadinya defisit cairan DX IV : Mengurangi atau meminimalkan rasa kehilangan atau duka cita DX V : Klien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan toleransinya

J. fokus intervensi DX I : Cemas berhubungan dengan pengeluaran hasil konsepsi Intervensi : - Siapkan klien untuk reaksi atas kehilangan - Beri informasi yang jelas dengan cara yang tepat DX II : nyeri berhubungan dengan kontraksi uteri Intervensi - Menetapkan laporan dan tanda-tanda yang lain. Panggil pasien dengan nama lengkap. Jangan tinggalkan pasien tanpa pengawasan dalam waktu yang lama - Rasa sakit dan karakteristik, termasuk kualitas waktu lokasi dan intensitas - Melakukan tindakan yang membuat klien merasa nyaman seperti ganti posisi, teknik relaksasi serta kolaburasi obat analgetik DX III : Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan Intervensi : - Kaji perdarahan pada pasien, setiap jam atau dalam masa pengawasan 1. Kaji perdarahan Vagina : warna, jumlah pembalut yang digunakan, derajat aliran dan banyaknya 2. kaji adanya gumpalan 3. kaji adanya tanda-tanda gelisah, taki kardia, hipertensi dan kepucatan - monitor nilai HB dan Hematokrit DX IV : Kehilangan berhubungan dengan pengeluaran hasil konsepsi Intervensi : - Pasien menerima kenyataan kehilangan dengan tenang tidak dengan cara menghakimi - Jika diminta bisa juga dilakukan perawatan janin - Menganjurkan pada pasien untuk mendekatkan diri pada Tuhan YME DX V : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri Intervensi - Menganjurkan pasien agar tiduran - Tidak melakukan hubungan seksual

* Abortus insipiens, Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
* Abortus inkompletus, Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
* Abortus kompletus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Abortus provokatus

Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:

* Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:

1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.

* Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.
Penyebab Abortus

Karakteristik ibu hamil dengan abortus yaitu: a) Umur Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga nonprofessional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterine. b) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. c) Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.. d) Riwayat Kehamilan yang lalu Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn - Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2007).
Penyebab dari segi Maternal

Penyebab secara umum:

* Infeksi akut

1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.

* Infeksi kronis

1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
1. hipertensi
2. nephritis
3. diabetes
4. anemia berat
5. penyakit jantung
6. toxemia gravidarum
5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6. Trauma fisik.

* Penyebab yang bersifat lokal:

1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus.
Penyebab dari segi Janin

* Kematian janin akibat kelainan bawaan.
* Mola hidatidosa.
* Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

Abortus Provokatus Medisinalis

* Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
* Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
* Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
* Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.
* Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
* Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
* Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.
* Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
* Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
* Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
* Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.

Teknik Laparotomi

Jenis laparotomi :

1. Insisi pada garis tengah abdomen (mid-line incision)
2. Insisi pada garis tranversal abdomen bagian bawah (Pfannenstiel incision)
3. Insisi Gridiron (muscle-splitting incision)

Pemilihan Jenis Laparotomi:

1. Kebutuhan luas daerah pemaparan
2. Lokasi penyakit
3. Keadaan dinding abdomen dan jaringan parut operasi sebelumnya
4. Tingkat penyembuhan yang diharapkan
5. Kenyamanan pasca bedah
6. Kemudahan dan kecepatan prosedur tindakan

Kulit dan Jaringan subkutis:

* Kulit terdiri dari : epidermis dan dermis
* Garis Langer's ( Langer 1861 ) : garis-garis tranversal sejajar pada tubuh manusia
* Bila Insisi kulit dikerjakan melalui garis Langer's ini maka jaringan parut yang terbentuk adalah minimal

image

Topografi dinding abdomen:

image

image

INSISI GARIS TENGAH - “MID LINE INCISION”

1. Paparan bidang pembedahan yang baik
2. Dapat diperluas ke cephalad ( kearah “kranial” )
3. Penyembuhan dan kosmetik tidak sebaik insisi tranversal
4. Dipilih cara ini bila insisi tranversal diperkirakan tidak dapat memberikan paparan bidang pembedahan yang memadai
5. Dipilih pada kasus gawat-darurat

clip_image002[4]

Gambar 4: A. Pemotongan pada linea alba dengan scalpel pada insisi garis tengah ; B. Insisi diperdalam sehingga memotong lemak subkutis, anteror dan posterior sheath dari m.rectus serta peritoneum ; C. Membuka peritoneum dengan scalpel secara hati-hati dan terlihat usus kecil yang menonjol dibalik insisi peritoneum ; D. Insisi peritoneum diperluas ke cephalad dengan gunting Mayo kearah umbilicus

INSISI TRANVERSALIS

Sering digunakan pada pembedahan obstetri dan ginekologi.

Untitled-1

Keuntungan:

1. Jarang terjadi herniasi pasca bedah
2. Kosmetik lebih baik
3. Kenyamanan pasca bedah bagi pasien lebih baik

Kerugian:

1. Daerah pemaparan (lapangan operasi) lebih terbatas
2. Tehnik relatif lebih sulit
3. Perdarahan akibat pemisahan fascia dari lemak lebih banyak

Jenis insisi tranversal :

* Insisi PFANNENSTIEL :

o Kekuatan pasca bedah : BAIK
o Paparan bidang bedah : KURANG

* Insisi MAYLARD :

* Paparan bidang bedah lebih baik dibanding PFANNENSTIEL oleh karena dilakukan pemotongan pada m.rectus abdominalis dan disisihkan ke arah kranial dan kaudal
* Dapat digunakan untuk melakukan diseksi Lnn. Pelvik dan Lnn.Paraaortal
* Dibanding insisi MIDLINE :

+ Nyeri pasca bedah kurang.
+ Penyembuhan lebih kuat dan pelekatan minimal namun
+ Ekstensi ke bagian kranial sangat terbatas sehingga akses pada organ abdomen bagian atas sangat kurang.

* Insisi CHERNEY :

o Perbedaan dengan insisi MAYLARD : pemotongan m.rectus dilakukan pada origo di simfisis pubis.
o Penyembuhan bedah dengan kekuatan yang baik dan paparan bidang pembedahan terbatas.

INSISI PFANNENSTIEL:

1. Insisi kulit tranversal semilunar 2 cm suprasimfisis.
2. Insisi diperdalam sampai fascia rectus dan fascia rectus dibuka secara tranversal dengan gunting “Mayo” atau “scalpel”.
3. Tepi atas fascia rectus dijepit dengan “kocher” dan dipisahkan dari m.rectus abdominalis serta m.pyramidalis secara tumpul dan waspada terhadap trauma pembuluh darah disekitar garis tengah.
4. Setelah pemisahan diatas sudah lengkap – tepi bawah fascia rectus dijepit dengan “kocher” dan dipisahkan dari m.pyramidalis secara tumpul sampai mencapai simfsis pubis.
5. m.Rectus kiri dan kanan dipisahkan kearah lateral sehingga fascia tranversal dan peritoneum terpapar.
6. Lapisan tersebut dijepit dengan 2 buah klem dan diangkat.
7. Hati-hati agar tidak mencederai vesica urinaria.
8. Hati-hati agar tidak mencederai omentum atau usus terutama pada pasca pembedahan intra abdominal – endometriosis atau infeksi intra abdominal.
9. Lapisan tersebut dibuka kearah kranial dengan gunting “Metzenbaum”.
10. Lapisan tersebut dibuka lebih lanjut ke kaudal secara tajam.
11. Hati-hati mencederai vesica urinaria.
12. Lakukan pemeriksaan “transilluminasi” untuk menghindari cedera pada kandung kemih
13. Untuk pemapaparan bidang operasi m.pyramidalis perlu dipisahkan digaris tengah.
14. Bila langkah-langkah ditas sudah dilakukan, operator dapat masuk ke rongga abdomen.
15. Bila pemaparan masih kurang optimal maka lakukan insisi CHERNEY (jangan melakukan insisi Maylard !!!! ).

Presentation12

Gambar 5

1. Insisi kulit tranversal semilunar didaerah suprapubis, Jaringan subkutan dibuka untuk memaparkan “anterior rectus sheath”
2. “anterior rectus sheath” dibuka untuk memaparkan m.rectus abdominalis
3. “anterior rectus sheath” dipisahkan dari m.rectus abdominalis secara tajam dan tumpul ; pemisahan dimulai dari bagian kaudal

Presentation1

Gambar 6 : Pemisahan otot rectus abdominalis dari “anterior rectus sheath” kearah cranial

Presentation3

Gambar 7 : Identifikasi peritoneum antara muskulus rectus kiri dan kanan – peritoneum dijepit dengan “pinset” dan dibuka pada bagian kranial garis tengah

Presentation41

Gambar 8 : Ujung jari operator dimasukkan dibawah peritoneum kearah kaudal dan dibuka kearah bawah dengan menghindari tepi atas vesika urinaria
INSISI MAYLARD

1. Insisi melintang kulit 2 – 3 cm diatas simfisis pubis dan diperdalam sampai fascia rectus (seperti pada PFANNENSTIEL)
2. Identifikasi fascia rectus – dijepit – dibuka secara tajam bilateral.
3. Perbedaan dengan PFANNENSTIEL : m.rectus abdominalis tidak perlu dipisahkan dari fascia rectus.
4. Identifikasi arteria epigastrica inferior – sisihkan dari jaringan ikat sepanjang tepi lateral m.rectus :
* Identifikasi dengan palpasi dan pemisahan secara tumpul
* Setelah identifikasi – ikat secara ganda dan potong
5. Transeksi secara “zig-zag” m.rectus abdominalis kira-kira 3 – 5 cm diatas origo di simfsis pubis.
6. Bila perlu elevasi masing-masing m.rectus abdominalis dengan “penrose drain” untuk memudahkan transeksi dan melindungi jaringan dibawah otot.
7. Setelah transeksi – m.rectus disisihkan ke kranial dan kaudal dan peritoneum dibuka secara TRANVERSAL (seperti insisi pada kulit) dengan tehnik yang sama.
8. Saat menutup luka operasi: m.rectus tidak perlu didekatkan dengan menjahit oleh karena akan sembuh secara spontan.

Maylard1

Gambar 9 : A. Insisi kulit melintang 5 cm diatas simfsis pubis B. “anterior rectus sheath” dibuka dengan arah yang sama sehingga m.rectus abdominalis terpapar C. Belahan m.rectus kiri dan kanan dipisahkan secara tumpul dan dilakukan traseksi dengan kauter dengan gerakan “zig-zag” untuk hemostasis

Maylard2

Gambar 10 : D. Fascia tranversalis dan peritoneum dibuka dan potongan mrectus abdominalis bagian atas di jahit pada “anterior rectus sheat” dengan jahitan matras. E. Insisi peritoneum diperluas ke lateral dan vasa epigastrica inferior harus dipotong dan diikat
INSISI CHERNEY

* Perbedaan dengan MAYLARD : m.rectus tidak di transeksi ; tetapi dipotong pada origo di simfisis pubis
* m.rectus abdominalis disisihkan ke kranial
* Saat penutupan luka origo m.rectus abdominalis di simfisis pubis dijahit kembali
* Penyembuhan dengan hasil yang kuat dan paparan bidang pembedahan yang memadai
* Persamaan dengan MAYLARD : paparan bagian atas abdomen terbatas

Tehnik :

1. Insisi kulit sampai fascia musculus rectus dilakukan dengan cara yang sama dengan insisi Pfannestiel atau insisi Cherney
2. Fascia m.rectus dijepit di garis tengah kemudian dilakukan insisi tranversal
3. Potongan inferior fascia m.rectus dijepit dengan “kocher Clamps” – di elevasi dan dibebaskan dari m.rectus abdominalis dan m.pyramidalis secara tumpul dan tajam ke arah simfisis pubis sehingga apponeurosis m.rectus dan m.pyramidalis dapat di identifikasi
4. Tendon dipotong dengan gunting “MAYO” untuk membebaskan otot dari origo pada simfisis pubis
5. M.rectus abdominalis mengalami rektraksi ke superior
6. Fascia tranversalis serta peritoneum dibuka dengan cara yang sama
7. Penutupan luka : tendon m.rectus abdominalis dan m.pyramidalis didekatkan denfgan jahitan terputus permanen
8. Bila pada insisi Pfannenstiel bidang pembedahan kurang luas – dapat dilakukan perubahan ke arah insisi CHERNEY tanpa menggangu intergritas muskulatur di garis tengah.

Cherney1

Gambar 11 : Insisi elipsoid pada kulit dan jaringan subkutis secara melintang.Tendon m.rectus dan m.pyramidalis dilakukan transeksi masing-masing sisi sepertiterlihat pada garis terputus. Otot disihkan ke kranial dan fascia tranversalis serta peritoneum dijepit dan dibuka secara tranversal.

Cherney2

Gambar 12 : Pada akhir pembedahan:tendon m.rectus dijahit pada bagian permukaan “rectus sheath” dengan beberapa jahitan terputus dan luka insisi apponeurosis

PENUTUPAN LUKA OPERASI PADA INSISI MIDLINE

Untitled-6

Gambar 13 : Di empat tempat peritoneum parietalie dipasang klem Mickulicz untuk pemaparan peritoneum yang akan ditutup. Jahitan diawali di bagian sudut cephalad.

Penutupan perittoneum dilakukan dengan menggunakan jahitan jelujur sederhana dengan menjaga agar jangan sampai menjahit organ intraabdominal dan omentum dengan memasang spatula

Untitled-8

Gambar 14 : A. Peritoneum ditutup dengan jahitan jelujur sederhana dan fascia m.rectus dijahit dengan jahitan horisontal “angka 8” ; B. Jahitan horisontal “angka 8” ganda ; C. Lemak didekatkan dengan jahitan terputus ; D. Jahitan kulit dengan matras horisontal

PENUTUPAN LUKA OPERASI PADA INSISI TRANVERSAL

* Pada insisi Pfannenstiel, peritoneum dan fascia ditutup secara terpisah sebagaimana halnya dengan penutupan pada insisi mid-line.
* Jaringan lemak subkutis ditautkan dengan 2 – 3 jahitan terputus untuk menghindari dead space.
* Kulit ditutup dengan jahitan jelujur subkutikuler dengan plain cat-gut atau benang lainnya # 0-3
* Bila m.rectus dipotong, penutupan peritoneum dilakukan secara tranversal dan menyambung otot bersamaan dengan fascia dengan jahitan “angka 8” ; kemudian jaringan subkutis dan kulit ditutup dengan cara yang sama dengan metode insisi Pfannenstiel.

PENUTUPAN LUKA OPERASI PADA LAPAROTOMI KASUS INFEKSI

Untuk memperkuat dinding abdomen pada insisi mid-line kasus infeksi, digunakan 2 – 3 jahitan penguat (tension suture) dengan benang sutra (silk)

Untitled-7

Gambar 15 : Metode penempatan jahitan penguat (tension suture)

A. Jarum tajam panjang dengan benang sutra ditempatkan dalam tabung plastik; B. Jahitan menembus kulit, lemak dan fascia sekaligus ; C. Diagram lapisan luka dan posisi jahitan penguat.


PENUTUPAN ULANG PADA LUKA OPERASI YANG TERBUKA

clip_image002[8]

Gambar 16 : Penutupan ulang kasus luka terbuka (wound dehiscence) dengan benang sutra besar atau logam ; A. Metode penutupan ; B. Setelah dikerjakan pembersihan tepi luka (debridemant), tepi luka operasi yang terbuka didekatkan dengan satu jahitan yang menembus sampai lapisan peritoneum

Rujukan:

1. Fitzpatrick JK: Abdominal Surgical Approaches in Danakas GT Pietrantoni M (ed) “The Care Of The Gynecologic / Obstetric Patient”. St Louis, Missouri, Mosby, 1997
2. Matingly RF: Te Linde’s Operative Gynecology 5th ed, Philadelphia-Toronto, JB Lippincot Company, 1977
3. Nichols DH , editor : Gynecologic and Obstetric Surgery, St Louis, 1993, Mosby

contoh soal Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI)

1. Alam menentukan prioritas masalah kesehatan menurut Pan American Health Organization berdasarkan “Severity of the problem” yang memiliki skor tertinggi adalah
A. Hipertensi
B. ISPA
C. TBC
D. Gizi buruk
E. Demam berdarah
2. Seorang wanita, G2P1A0, hamil 12 minggu, datang untuk pemeriksaan rutin kehamilan. Riwayat kehamilan pertama lahir spontan, hidup, berat badan normal. Saat ini anak telah berusia 3 tahun, sehat. Anamnesis tambahan untuk risiko anemia pada ibu
A. Menanyakan kebiasaan dietnya
B. Riwayat anemia defisiensi Zn saat kehamilan yang lalu
C. Apakah anak yang sekarang anemia
D. Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum kehamilan
E. Riwayat minum obat-obatan sebelum dan selama kehamilan ini
3. Wanita, 19 tahun mengeluh telapak kaki terdapat lubang-lubang dangkal nyeri. Pada kerokan kulit didapatkan gambaran bulat/lonjong. Apa penyebab keadaan tersebut
A. Hifa nonreproduktif
B. Aspergilum
C. Miselium
D. Hifa reproduktif
E. Spora
4. Laki-laki 55 tahun, tidur tidak bisa dibangunkan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik, spider nevi, buncit. Istri berkata setelah makan ikan dan paginya sulit dibangunkan. Di mulut terdapat bercak-bercak daran dan bau amandel. Apa penyebab adanya bau amandel?
A. Amoniak dalam nafas
B. Sisa ikan
C. Alkohol dan darah
D. Sisa ikan + darah
E. Alkohol dan sisa ikan
5. Wanita 17 tahun, mengeluh keputihan dan vaginal discharge putih kehijauan, bergumpal- gumpal, gata ± 1 minggu. Penyebab keadaan ini adalah
A. Tricophyton
B. Fusarium
C. Epidermophyton
D. Aspergilus
E. Candida (harusnya kalo kehijauan-trichomonas vaginalis)
6. Pada luka bakar grade II, 42%. Tindakan pertama yang dilakukan
A. Pemberian O2
B. Infus RL
7. Wanita datang dengan keluhan nyeri saat BAK. Dijumpai adanya ulkus. Apa ulkus tersebut?
A. Ulkus mole
B. Ulkus durum
8. Anak laki-laki 11 tahun. Datang dengan keluhan gatal-gatal di tangan, badan, genitalia sejak 1 bulan terakhir. Gatal terutama pada malam hari. Teman-temannya juga mengalami keadaan yang sama. Diagnosis kelainan di atas adalah
A. Prurigo herba
B. Gigitan serangga
C. Skabies
D. Dermatitis alergika
E. Pedikulosis korporis
9. Laki-laki 35 tahun, korban jambret dibawa ke UGD. Terdapat beberapa luka bacok di lengan bawah kiri, pucat, takut. Setelah perawatan luka, dianjurkan rawat inap untuk observasi. Setelah 5 hari pasien pulang dan kontrol poli. Jenis visum yang diberikan
A. VER sementara
B. Surat istirahat
C. VER lanjutan
D. Surat rawat jalan
E. VER tetap
10. Laki-laki 30 tahun, 1 minggu yang lalu berobat ke dokter, keluhan utama tungkai bawah kanan bengkak, merah, nyeri. Kelainan kulit: eritem, batas tegas, edema, bula, palpasi hangat, nyeri tekan. Pemeriksaan gram : Streptococcus (+). Diagnosis kelainan di atas adalah
A. Erisipelas
B. Ektima
C. Eritrasma
D. Impetigo kontagiosa bulosa
E. Selulitis
11. Seorang laki-laki usia 65 tahun datang dengan keluhan tangan tremor, jantung berdebar. Untuk menyingkirkan adanya parkinson, pemeriksaan yang dianjurkan
A. Uji gula darah
B. Uji rigiditas dan..... .....
C. Tes romberg
D. Uji spastisitas
12. Mata kanan tidak bisa melihat, mata kiri normal. Dimanakah letak kerusakan
A. Nervus optikus dextra
B. Chiasma anterior
C. Traktus optikus dextra
D. Chiasma posterior
E. Chiasma
13. Anak-anak usia 8 tahun, pandangan kabur perlahan-lahan. Sebagai dokter umum, tindakan apa yang harus dilakukan
A. Rujuk ke spesialis mata
B. Pemeriksaan visus
C. Lakukan anamnesa
14. Bilas lambung pada sirosis hepatis bertujuan
A. Membuang racun
B. Mencegah intoksikasi
C. Membuang sisa makanan di lambung
15. Diet pada sirosis hepatis, dari koma kemudian 7 hari sadar
A. Makanan biasa + ekstra protein
B. Makanan biasa + ekstra vitamin
C. Makanan biasa + ekstra protein + vitamin
D. Diet TKTP 3 x sehari
16. Bayi 4 tahun dengan gangguan pencernaan, sumber bahan utama yang diambil dari .......... glikogen otot
17. Pasien 20 tahun timbul bisul di wajah, papul, vesikel, nodul di pipi, hidung dan dahi. Diagnosis kelainan di atas adalah... ....... →acne vulgaris
18. Mikroorganismenya.... ..... . Propionibacterium acne
19. Dipengaruhi oleh hormon. ..... ....es tr ogen
20. seorang ibu 55 tahun gatal-gatal di telapak tangan setelah mencuci pakaian, IgE normal, uji tempel normal. Diagnosis kelainan di atas adalah
A. DKA
B. DKI
21. Laki-laki 65 tahun diantar ke rumah sakit dengan keluahn sesak nafas. 1 bulan terakhir berat badan turun drastis. Keadaan umum lemah, sesak nafas, RR: 30x/menit. Pada pemeriksaan fisik paru-paru terdapat……
22. Eritem pada mukosa (SSJ). Bila perlu injeksi pada pasien diberikan
A. Gentamicin
B. Klindamicin
23. Pemeriksaan punggung bayi
A. Leopold I
B. Leopold IV
C. Leopold II
D. Periksa dalam
E. Leopold III
24. Terdapat cairan pada telinga disertai jaringan granulasi. Kemungkinan diagnosis
A. OMSK maligna
C. OE
B. OMSK benigna
25. Seorang laki-laki mengeluh demam intermiten, tubuh dan konjunktiva kuning. Bilirubin direk 4, bilirubin indirek 5,7. Alkalin fosfatase 50, hematokrit 25%. Diagnosis kelainan di atas adalah→ he p ati tis
26. Seorang anak laki-laki umur 10 tahun tinggal di tempat kurang terurus. Gatal-gatal di sela tangan, bokong dan kelamin. Pemeriksaan fisik mendapatkan papul, vesikel, pustula, ekskoriasi. Diagnosis kelainan di atas adalah →skabies
27. Wanita 27 tahun, mengeluh timbul vesikel dasar eritem. Minggu ke-1 bertambah banyak, minggu ke-2 menjadi gelap dan mengering. Diagnosis kelainan di atas adalah →varicella
28. Seorang peternak 35 tahun, luka lengan bawah sejak lahir. Terdapat demam, malaise, sakit kepala, ulkus merah hitam, pemeriksaan mikroskop gram hasilnya Streptococcus basil gram (+). Kemungkinan kuman pada keadaan ini adalah
A. Streptococcus pyogenes
B. Basillus anthracis
C. Streptococcus aureus
D. Bacillus subtilis
E. Clostridium perfringens
29. Laki-laki 60 tahun mengeluh benjolan pada leher kanan, bertambah besar sejak 1 bulan, benjolan submandibula, terfiksir, ukuran 2 cm. Biopsi PA: sel-sel sebesar limfosit matur, uniform, difus, tidak tampak folikel limfoid. Diagnosis keadaan di atas adalah
A. Limfadenitis kronis nonspesifik
B. Penyakit letterer sore
C. Limfoma maligna hodgkin
D. Penyakit hand schiler christian
E. Limfoma maligna non hodgkin
30. Penyakit dengan kencing kuning sudah 2 hari. Skera dan kulit ikterik. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
A. SGOT-SGPT
B. SGOT
C. SGPT
31. Seorang pria 23 tahun, batuk berdahak kental warna kuning selama 2 minggu. Terdapat demam ringan, keringat malam. Direncanakan foto thoraks posisi
A. anteroposterior
B. lateral kanan
C. Lateral kiri
D. posteroanterior
32. Perempuan 11 tahun, keluar cairan dan darah sedikit dari vagina, keluhan lain tidak ada. Kemungkinan diagnosis
A. Kehamilan
B. Menstruasi
33. Bayi 10 jam dilakukan foto knee chest position. Indikasi paling mungkin
A. Megakolon kongenital
B. Invaginasi
C. Atresia ani
D. Atresia duodeni
34. Wanita 30 tahun, sering berdebar, gemetar, berkeringat. Pada pemeriksaan fisik: denyut jantung meningkat, eksoftalmus, tremor, laboratorium: T meningkat, TSH menurun, EKG AF. Apa yang menyebabkan terjadinya gangguan jantung pada pemeriksaan?
A. Hambatan pengisian darah ke ventrikel
B. Kebutuhan metabolik tubuh
C. Tamponade jantung
D. Regurgitasi katup trikuspid
E. Infarct miokard
35. Laki-laki 60 tahun, keluhan lemah, mudah lelah sejak 3 bulan yang lalu. 1 minggu terakhir mengeluh nafas sengal bila bekerja sehari-hari. Keluhan sebelumnya tidak ada, riwayat perdarahan tidak ada, sakit serupa dalam keluarga tidak ada. Pada pemeriksaan fisik: pucat, lain-lain dalam batas normal. Hb= 6,6; retikulosit= 0,7%; RBC=3,4 juta, leukosit=8.100; trombosit=480.000; MCV=……..fl; MCH=28,7 fl. Diagnosis kelainan di atas: A. Anemia hemolitik
B. Anemia megaloblastik
C. Anemia penyakit kronis
D. Thalasemia
E. Anemia sideroblastik
36. Seorang wanita 32 tahun G2P1A0 12 minggu datang untuk pemeriksaan rutin kehamilan. Riwayat anak pertama lahir spontan, hidup, berat badan normal. Sekrang usia 3 tahun, sehat. Sebagai dokter anamnesis penting apa yang dibutuhkan untuk mengetahui risiko anemia ibu?
A. Kebiasaan diet
B. Riwayat anemia defisiensi kehamilan lalu
C. Anak menderita diare
D. Konstipasi
E. Riwayat obat-obat sebelum kehamilan
37. Laki-laki 25 tahun G1P0A0 hamil 8 bulan dibawa ke bidan UGD karena hipertensi dan tungkai bengkak. Riwayat kejang (-), tekanan darah 160/110; edema, proteinuria. Bagaimana penanganannya?
A. Infus D5% + MgSO4
B. Fenobarbital 30 mg oral
C. Diazepam 10 mg i.m.
D. Observasi ketat di ICU
E. MgSO4 4 gram dalam D40% i.m.
38. Anak laki-laki 12 tahun dibawa ke Puskesmas. Keluhan mudah lelah, banyak keringat, mata agak melotot, nafsu makan meningkat. Sering BAB, ujung tangan sering gemetar. Berat badan 40 kg, tinggi badan 160 cm. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan
A. Bikarbonat darah
B. BSS
C. T3, T4, TSH
D. Keton urin
E. Kelainan kromosom
39. Laki-laki 65 tahun mengeluh lemas, demam selama beberapa minggu, menggunakan valvular protesis 5 tahun yang lalu. Pemeriksaan fisik: ptekie dada dan perut, kultur darah, cocci gram (+), katalase (+), koagulasi (-). Bakteri tidak bisa fermentasi manitol dan dihambat oleh novobicum. Kemungkinan bakteri
A. Streptococcus pneumoniae
B. Staphylococcus saprophyt
C. Streptococcus agalactial
D. Staphylococcus epidermidis
E. Streptococcus aureus
40. Laki-laki 58 tahun mengeluh nyeri dada yang menjalar ke dagu dan lengan kiri setelah makan siang. Nyeri yang sama kurang lebih 1 minggu yang lalu. Nyeri kurang lebih 5 menit, yang hilang saat istirahat, tekanan darah 120/70, nadi 100x/menit, T=37°C, TB=154 cm, BB= 71 kg. Diagnosis keadaan di atas adalah
A. Pleuritis
B. Ulkus peptikum
C. Pneumonia
D. Refluks esofagus
E. Angina pektoris
41. Laki-laki 35 tahun didiagnosis hemoroid eksterna stadium III, setelah 1 minggu terjadi perdarahan dubur, lemah, pusing. Laboratorium Hb= 6; MCV = 71 fl, MCH= 32 pg, LED 50, PCV 18, lekosit 12.000, trombosit 350.000. Pemeriksaan berikutnya yang harus dilakukan Elektroforesis protein
A. Serum iron, total iron binding capacity
B. Punksi sumsum
C. Tes fragilitas osmotik
D. Tes ozid ham
42. Laki-laki 10 tahun, kaki dingin 1 jam. 4 hari yang lalu panas tinggi terus menerus, batuk (-), pilek (-), makan (-), mual muntah 5 kali warna hitam. 3 jam sakit. Berat badan 25 kg, anemia (-), akral dingin +/+, trombosit 25.000, capillary refill > 2 detik
A. Malaria serebral
B. Weil
C. Sepsis
D. Sindrom dengue
E. Tifoid berat
43. Laki-laki 60 tahun, post CABG, terdapat sesak nafas, panas. Kultur sputum gram (-), pigmen hijau, tetapi tidak fermentasi karbohidrat. Kemungkinan bakteri
A. Moraxella
B. Pseudomonas
C. Serratia
D. Klebsiella
E. Proteus
44. Seorang anak laki-laki usia 6 tahun datang dengan keluhan pucat: nafsu makan cukup,namun ada gangguan pertumbuhan. Terdapat riwayat transfusi, dijumpai splenomegali, hasil laboratorium menunjukkan anemia mikrositik hipokrom, dan terdapat target cell. Diagnosis kelainan di atas adalah
A. Anemia defisiensi besi
B. Malaria
C. Thalassemia
45. Seorang laki-laki usia 30 tahun, hasil pemeriksaan HBs Ag (+). Kakek meninggal karena sirosis. Kakak meninggal karena kanker hati. Pemeriksaan apa untuk memastikan replikasi virus?
A. Anti HBs
B. Hbe Ag
C. HBc Ag
46. Laki-laki 60 tahun datang dengan BAB pucat. Tidak demam teraba masa di epigastrium disertai ikterik. Diagnosis kelainan di atas adalah
A. Kolesistitis akut
B. Pankreatitis kronis
C. Koledokolitiasis
D. Tumor pankreas
E. Pankreatitis akut
47. Seorang wanita 55 tahun datang dengan demam, badan lemas, mual muntah, mudah capek, ikterus. Tidak ada tanda-tanda stigmata hepatitis kronis. Diagnosis kelainan di atas:
A. Hepatitis viral akut
B. Ikterus obstruktif
48. Seorang laki-laki 45 tahun datang dengan keluhan demam, batuk pada awalnya kering kemudian menjadi berdahak coklat. Riwayat merokok 1 bungkus per hari. Diagnosis kelainan di atas adalah
A. Bronkitis
B. Karsinoma paru
C. Bronkiektasis
49. Seorang wanita 45 tahun datang dengan keluhan tidak bisa tidur, ingin bunuh diri dengan racun serangga karena ia merasa bersalah atas kematian suaminya. Ia merasa ditinggalkan teman dan mengidap kanker. Anjuran untuk pasien ini
A. Psikoterapi
B. Memberi sedatif dosis tinggi
C. Menetramkan keluarga
50. Ulkus kornea periferal. Diagnosis paling mungkin adalah
A. Ulkus mooren
B. Ulkus bakteri
C. Ulkus geograpian
D. Ulkus fungi
51. Seorang wanita 30 tahun mata merah mendadak, visus 1/60. Terdapat Injeksi silier dan konjunktiva, COA dangkal, sakit kepala, mual dan muntah. Diagnosis kelainan di atas adalah…..
52. Pasien 17 tahun, kejang-kejang, tonik klonik. Kejang selama 20 menit, mulut berbusa. Terapi
A. Diazepam i.v. 1 ampul saja
B. Fenitoin loading dose
53. Seorang perempuan, karyawati dipindahtugsakan ke bagian operator. Sejak itu sering melamun, mengoceh sendiri, jika teman mengobrol di dekatnya ia merasa curiga. Gangguan kejiwaan pada keadaan ini adalah
A. Flight of ideas
B. Waham paranoid
54. Terapi pada pasien ini
A. Antidepresi
B. Anti psikosis
B. Antianxiety
55. Seorang wanita 57 tahun, mata kanan kabur, nyeri mata, warna pelangi, mual muntah. Sebelumnya mata kanan normal, visus= 2/60, tekanan= N+3, hiperemis, edemam kornea, pupil midriasis, bilik dangkal. Diagnosis kelainan di atas adalah
A. Glaukoma sudut terbuka
B. Glaukoma sekunder
C. Glaukoma sudut tertutup akut
D. Glaukoma maligna
E. Glaukoma absolut
56. Seorang laki-laki 3 bulan, pipi kanan terdapat lesi eksimatosa disertai nanah. Orang tua memiliki gejala asma. Penyebab keadaan ini adalah
A. S. aureus
B. Tricosporum sp.
C. S. hemoliticus
D. Tricophyton sp.
E. Candida albicans
57. Seorang wanita usia 38 tahun, sakit kepala 2 tahun, hemiparese kanan, UMN, papil edema. Kemungkinan penyebab
A. CVD
B. Neuropati
C. Tumor Intra kranial
D. Migren hemiplegia
C. Ensefalitis `
58. Di puskesmas yang Anda pimpin akan dilaksanakan penyuluhan diare. Agar penyuluhan berhasil, maka kita harus menentukan sasaran penyuluhan. Apa metode penyuluhan paling tepat
A. Wawancara
B. Ceramah
C. Konseling
D. Seminar
E. Role play
59. Perempuan 40 tahun menjalani operasi pomeroy, didapatkan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik, hasilnya epitel kolumner bersilia. Berasal dari jaringan apa sediaan mikroskopik tersebut?
A. Serviks uteri
B. Ovarium
C. Endometrium
D. Vagina

Tonsilitis (Radang Amandel)

Radang amandel (bahasa Inggris: tonsillitis) adalah infeksi pada amandel yang kadang-kadang mengakibatkan sakit tenggorokan dan demam. Tonsilitis akut sering dialami oleh anak dengan insidensi tertinggi pada usia 5-6 tahun, dan juga pada orang dewasa di atas usia 50 tahun. Seseorang terpredisposisi menderita tonsillitis jika memiliki resistensi yang rendah, memiliki tonsil dengan kondisi tidak menguntungkan akibat tonsilitis berulang sebelumnya, sebagai bagian dari radang tenggorok (faringitis) secara umum, atau sekunder terhadap infeksi virus (biasanya adenovirus yang menyebabkan tonsil menjadi mudah diinvasi bakteri).
Penyebab Penyebab tersering radang amandel akut adalah streptokokus beta hemolitikus grup A. Bakteri lain yang juga dapat menyebabkan radang amandel akut adalah Haemophilus influenza dan bakteri dari golongan pneumokokus dan stafilokokus. Virus juga kadang-kadang ditemukan sebagai penyebab radang amandel akut.
Patologi Amandel meradang dan membengkak, terdapat bercak abu-abu atau kekuningan pada permukaannya, dan jika berkumpul maka terbentuklah membran. Bercak-bercak tersebut sesungguhnya adalah penumpukan leukosit, sel epitel yang mati, juga kuman-kuman baik yang hidup maupun yang sudah mati.
Gejala Keluhan pasien biasanya berupa nyeri tenggorokan, sakit menelan, dan kadang-kadang pasien tidak mau minum atau makan lewat mulut. Penderita tampak loyo dan mengeluh sakit pada otot dan persendian. Biasanya disertai demam tinggi dan napas yang berbau.
Pengobatan Sebaiknya pasien tirah baring. Cairan harus diberikan dalam jumlah yang cukup, serta makan makanan yang bergizi namun tidak terlalu padat dan merangsang tenggorokan. Analgetik diberikan untuk menurunkan demam dan mengurangi sakit kepala. Di pasaran banyak beredar analgetik (parasetamol) yang sudah dikombinasikan dengan kofein, yang berfungsi untuk menyegarkan badan.
Penanganan tonsillitis bisa sangat bervariasi tergantung dari perjalanan penyakitnya sendiri, mulai dari penanganan konvensional hingga tindakan pembedahan seperti tonsilektomi dan adenoidektomi.
Jika penyebab radang amandel adalah bakteri maka antibiotik harus diberikan. Obat pilihan adalah penisilin. Kadang-kadang juga digunakan eritromisin. Idealnya, jenis antibiotik yang diberikan sesuai dengan hasil biakan. Antibiotik diberikan antara 5 sampai 10 hari.
Jika melalui biakan diketahui bahwa sumber infeksi adalah Streptokokus beta hemolitikus grup A, terapi antibiotik harus digenapkan 10 hari untuk mencegah kemungkinan komplikasi nefritis dan penyakit jantung rematik. Kadang-kadang dibutuhkan suntikan benzatin penisilin 1,2 juta unit intramuskuler jika diperkirakan pengobatan orang tidak adekuat oks.
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat tonsillitis akut atau berulang, di antaranya:
1.      Abses peritonsilar (quinsy) : Biasanya timbul pada pasien dengan tonsillitis berulang atau kronis yang tidak mendapat terapi yang adekuat.
2.      Abses parafaringeal : Timbul jika infeksi atau pus (cairan abses) mengalir dari tonsil atau abses peritonsilar melalui otot konstriktor superior, sehingga formasi abses terbentuk di antara otot ini dan fascia servikalis profunda. Komplikasi ini berbahaya karena terdapat pada area di mana pembuluh darah besar berada dan menimbulkan komplikasi serius.
3.      Abses retrofaringeal : Keadaan ini biasanya disertai sesak nafas (dyspnea), ganggaun menelan, dan benjolan pada dinding posterior tenggorok, dan bisa menjadi sangat berbahaya bila abses menyebar ke bawah ke arah mediastinum dan paru-paru.
4.      Adenitis servikalis supuratif
5.      Tonsilolith : Tonsilolith adalah kalkulus di tonsil akibat deposisi kalsium, magnesium karbonat, fosfat, dan debris pada kripta tonsil membentuk benjolan keras. Biasanya menyebabkan ketidaknyamanan, bau mulut, dan ulserasi (ulkus bernanah).
6.      Kista tonsil : Umumnya muncul sebagai pembengkakan pada tonsil berwarna putih atau kekuningan sebagai akibat terperangkapnya debris pada kripta tonsil oleh jaringan fibrosa.
7.      Komplikasi sistemik : Kebanyakan komplikasi sistemik terjadi akibat infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup A. Di antaranya: radang ginjal akut (acute glomerulonephritis), demam rematik, dan bakterial endokarditis yang dapat menimbulkan lesi pada katup jantung.